No
|
Nama
Kerajaan
|
Tokoh
|
Abad
Berdiri
|
Sumber
Sejarah
|
Peristiwa
Penting
|
Raja
Terbesar
|
Lokasi
|
1
|
Kutai
|
Maharaja
Kudungga
|
Abad
ke 13
|
dibuktikan
dengan ditemukannya 7 buah prasasti yang ditulis diatas yupa (tugu batu) yang
ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan huruf Pallawa. Berdasarkan
paleografinya,
|
Dari
prasasti tersebut dapat diketahui adanya sebuah kerajaan dibawah kepemimpinan
Sang Raja Mulawarman, putera dari Raja Aswawarman, cucu dari Maharaja
Kudungga. Kerajaan yang diperintah oleh Mulawarman ini bernama Kerajaan Kutai
Martadipura, dan berlokasi di seberang kota Muara Kaman. Pada awal abad ke-13, berdirilah sebuah kerajaan baru di Tepian Batu atau Kutai Lama yang bernama Kerajaan Kutai Kartanegara dengan rajanya yang pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Dengan adanya dua kerajaan di kawasan Sungai Mahakam ini tentunya menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadilah peperangan diantara kedua kerajaan Kutai ini. Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah rajanya Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa akhirnya berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura. Raja kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. |
Raja
Mulawarman
|
kawasan
Sungai Mahakam Kutai kartanegara
|
2
|
Tarumanegara
|
Abad
ke 4
|
Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau
memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di
sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah
kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
|
Rajadirajaguru Jayasingawarman
|
berkuasa di wilayah barat pulau Jawa
|
||
3
|
Sriwijaya
|
Abad
ke 7
|
Catatan perjalanan I Tsing pada
tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa
|
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari,
namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia
Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar
sejauh 3.300 mil di barat
|
daerah kekuasaan membentang dari Kamboja,
Thailand
Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Jawa,
dan pesisir Kalimantan
|
||
4
|
Mataram
Hindu
|
Sanjaya
|
Abad
ke 8
|
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah
Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan
Medang
|
Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa,
bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau
Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang
keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani
putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja
Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap
sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
|
Dyah
Balitung
|
berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian
berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10
|
5
|
Wedangkamulan
|
Aji Saka
|
Abad
ke 15
|
bukti-bukti fisik keberadaannya. Sumber-sumber mengenai kerajaan ini
hanya berasal dari cerita-cerita rakyat, misalnya dalam legenda Loro
Jonggrang, dan penyebutan oleh beberapa naskah kuno.
|
Medang Kamulan adalah tempat bertahtanya Batara Guru[1].
Dalam legenda Aji Saka, Medang Kamulan adalah negeri tempat berkuasanya Prabu Dewata Cengkar
yang zalim. Cerita rakyat lain, di antaranya termasuk legenda Loro Jonggrang
dan berdirinya Madura, menyatakan bahwa Medang Kamulan dikuasai oleh Prabu Gilingwesi.[2]
|
Dewata
Cengkar
|
Jawa
tengah
|
6
|
Kediri
|
Airlangga
|
Tahun
1024
|
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah
Keting tahun 1104 atas nama Sri
Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri
Jayawarsa hanya Sri
Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja
sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan
jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
|
Pada akhir November 1042, Airlangga
terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing
memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang
berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur
bernama Janggala
yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.
|
Sri
samara wijaya
|
Kediri,
jawa timur
|
7
|
Singosari
|
Ken
Arok
|
Tahun
1222
|
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama
resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel.
Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali
didirikan tahun 1222,
ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
|
Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan
Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel
saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara
tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok,
yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul
Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok
kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. |
Tunggul
Ametung
|
Singasari,
kediri
|
8
|
Majapahit
|
Gajah
Mada
|
1350
|
Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit,[4]
dan sejarahnya tidak jelas.[5]
Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton
('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama[6]
dalam bahasa Jawa Kuno.[7]
Pararaton terutama menceritakan Ken Arok
(pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat
beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk.
Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[8]
Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok
dan negara-negara lain.[8]
|
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari
tahun 1350
hingga 1389.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
|
Hayam
Wuruk
|
Jawatimur
|
0 komentar:
Posting Komentar