Alfa Computer : Jl Raya Watudandang Prambon Nganjuk (1/3an SMPN 1 Prambon)

Jumat, 15 Juni 2012

DRAMA "ARTI SEBUAH KASIH SAYANG"


"ARTI SEBUAH KASIH SAYANG"

Di suatu desa hiduplah seorang janda yang memiliki 2 orang anak perempuan. Janda tersebut bernama Ratih dan 2 orang anaknya bernama Liana dan Maya. pada suatu hari janda tersebut menerima surat yang berisi bahwa adiknya telah meninggal dunia karena kecelakaan. Adiknya bernama Joni.
Ratih               : (Membuka sebuah surat dan membacanya)
  "Apa? Liana, Maya cepat ke sini!
Liana               : "Ada apa sih ma?"
Maya              : "Iya nih, ada apa sih? pagi-pagi gini mama udah teriak-teriak."
Ratih               : "Ha ha ha ha... coba kalian baca surat ini!"
Liana & Maya : (Dengan rasa penasaran mereka membaca surat itu)
  "Hah... Om dan Tante meninggal?"
Ratih               : "Ya, dan semua hartanya diberikan kepada kita!"
Maya              : "Tapi sialnya ma, anak-anaknya Om dititipkan disini."
Ratih               : "Alah, itu urusan nanti. Yang penting sekarang kita sudah kaya
                          mendadak, iya kan?"
Liana & Maya : "So pasti."

Keesokan harinya, anak dari pak Joni datang ke rumah Ratih untuk tinggal bersamanya.
Sandra            : (Mengetuk pintu) "Assalamu'alaikum..."
Liana               : "Sebentar."
Sandra &Ina   : (menunggu)
Liana               : "Eh kalian, sini masuk. Aduh kok gak bilang-bilang kalau mau
  kesini? kan aku & Maya bisa jemput kalian!"
Sandra            : "Udah gak apa-apa kok, nanti malah ngrepotin."
Liana               : "Mama, ini ada tamu lho!"
Maya              : "Ada apa sih? pagi-pagi udah heboh banget!" (berjalan sambil
                           menghampiri Liana)
Ratih               : "Oh kalian. Ini lho Maya, anak dari om kamu."
Maya              : "Oh, ini to anak dari om Joni" (Mengulurkan tangan ke
Sandra & Ina untuk memperkenalkan diri)
                           "Kenalin aku Maya"
Sandra            : "Salam kenal."
Ratih               : "Liana, Maya tolong anterin mereka ke kamarnya!”
Maya & Liana : “Iya Ma”
(Lalu mereka mengantarkan Ina dan Sandra kekamar)
Maya              : “Lebih baik kalian istirahat aja! Pasti kalian capek”
Maya &Liana : (meninggalkan Ina dan Sandra)

Sore kemudian adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh ratih dan anaknya untuk menandatangani surat warisan.
Ina                   : (sambil membawa map) “maaf tante, saya menggangu”
Ratih               : “Oh tidak apa-apa, ada keperluan apa Ina?”
Sandra            : “Gini lho tante, ini ada titipan dari almarhum papa untuk tante”
Ina                   : “Tolong tante tanda-tangan diberkas ini!”
Ratih               : “Oh ya” (selesai menandatangani berkas itu)
                           “Sekarang kita resmi menjadi kaya” (berbisik kepada anaknya)
Sandra            : “Kita permisi dulu tante!” (sambil meninggalkan ketiga orang
              tersebut)
Ratih               : “Sekarang kita menjadi orang kaya”
Maya              : “Asyik, kita bisa Shooping dong ma?”
Ratih               : “Tapi mama punya rencana!”
Maya              : “Rencana apa ma?”
Ratih               : “Kita harus siksa dua anak itu!”
Liana               : “Tapi kenapa kita harus menyiksa 2 anak itu ma? Mereka kan gak
              salah!”
Ratih               : “Gini lo, apa kalian mau mereka merebut kembali hartanya? Sebelum
               itu terjadi, mereka harus bertekuk lutut kepada kita!”
Liana & Maya : “Ok ma”

Pagi-pagi sekali Maya sudah berteriak-teriak
Maya              : “Ina, Sandra. Cepat ke dapur!”
Sandra            : “Ada apa May?”
Maya              : “Mulai hari ini dan seterusnya kalian yang membersihkan rumah ini”
Ina                   : “Tapi May”
Maya              : “Kalian mau membantah?”
Sandra            : “Udahlah kak…”

Tiba-tiba Ratih bangun dan berteriak-teriak
Ratih               : “Ina, Sandra Cepat ke sini”
Ina                   : “Ada apa sih tante?”
Ratih               : “Kamu punya mata gak sih, lihat tuh lantai kotor kayak gitu.
                           “Kenapa tidak dibersihkan?”
Ina                   : “Maaf tante, tadi saya masih didapur”
Ratih               : “Aku gak mau tau pokoknya ini semua harus beres” (sambil
                meninggalkan Ina)

Datang lagi Liana dan berteriak-teriak
Liana               : “Sandra, cepet kesini”
Sandra            : “Ada apa sih?
Liana               : (sambil menyerahkan tumpukan baju) “Cuci’in ini semua!”
Sandra            : “kamu kan bisa cuci sendiri”
Liana               : “Kamu mau membantah?”
Sandra            : “Tapi kan aku harus cuci piring?”
Liana               : “Gak usah banyak alas an deh, cepat kerjain” (meninggalkan Sandra)

Beberapa jam kemudian
Ratih               : “Ina, Sandra mana sarapannya? Lama banget sih ?”
Ina                   : “Iya, ini sudah siap tante” (sambil membawa makanan)

Ina dan Sandra duduk bersama Ratih, Liana dan Maya untuk menikmati sarapan
Ratih               : “Siapa yang suruh kalian duduk disini? Kalian baru boleh makan
               setelah kami selesai makan”
Ina                   : “Tapi tante”
Ratih               : “Gak usah banyak bicara”

Ratih, Maya dan Liana menikmati makan
Maya              : (setelah selesai makan) “Ina, Sandra cepat kesini, beresin mejanya!”
Ina                   : “Tapi aku sama Sandra mau makan dulu May!”
Maya              : “Makan aja didapur, yang penting meja ini harus bersih.
Lalu Ina dan Sandra kembali menyelesaikan pekerjaan mereka

Keesokan harinya Ratih, Maya dan Liana berkumpul diruang tamu dan memikirkan rencana untuk menyingkirkan Ina dan Sandra
Maya              : “Ma, aku sudah nggak betah tinggal satu rumah dengan mereka”
Liana               : “Iya Ma, aku juga”
Ratih               : “Mama juga merasa begitu!”
Maya              : “Bagaimana kalau kita menyusun rencana untuk menyingkirkan
                            mereka?”
Liana               : “Benar tu, gimana kalau kita racuni saja salah satu dari mereka?”
Ratih               : “Ide bagus tu anak-anak!” bagaimana kalau malam ini kita beraksi?”
Maya & Liana : “Okey”

            Malam itu adalah saat Ratih dan kedua anaknya untuk melaksanakan rencana mereka. Kemudian mereka memasukkan racun pada minuman yang akan diberikan kepada Sandra.
Liana               : “Ini Sandra, teh special untukmu”
Sandra            : “Terima kasih Liana”
Maya              : “Ayo dong diminum”
Sandra            : (Meminum teh yang diberikan oleh Liana)
Liana               : “Gimana tehnya? Enak kan?”
Sandra            : “Ya enak kok”
Ratih               : “Ya sudah, lebih baik sekarang kamu istirahat saja. Pasti capek kan?”
Sandra            : “Ya, tante”

Saat ingin pergi ke kamar, tiba-tiba kepala Sandra terasa pening dan ia terjatuh.
Sandra            : “Aduh, kepalaku pusing sekali”
Ina                   : “Kamu kenapa dik?”
Sandra            : “Nggak tahu, setelah aku meminum teh yang dibuatkan oleh tante,  
            Liana dan Maya, dadaku terasa sesak”
Ina                   : “Pasti mereka yang telah membuatmu seperti ini”

Karena tak kuat menahan rasa sakit itu, akhirnya Sandra meninggal dunia
Ratih               : “Aduh ada apa sih ini? Pakek nangis-nangisan segala lagi”
Ina                   : (Sambil menangis dan memeluk kakaknya). “TAnte, apakah ini semua
            ulah tante?”
Ratih               : “Kalau iya memang kenapa?”
Ina                   : “Kenapa tante jahat sekali?”
Ratih               : “Eh, berani ya kamu bilang begitu, pergi sana”

Setelah tujuh hari kematian Sandra berlalu, hawa-hawa mistik berkeliaran di dalam rumah Ratih. Saat di dalam kamarnya, berkelebatanlah bayang-bayangan putih.
Ratih               : (melihat dengan seksama). “Siapa di situ?” (namun tak ada jawaban).
            “tolong….” (berteriak)
Liana               : (berlari menuju ke tempat mamanya) “ada apa sih ma….!”
Ratih               : “Itu…….”(sambil menunjuk ke suatu arah) “Sandra di situ”
Liana               : “Disitu mana sih, mama ngigo kali”
Ratih               : “Nggak mungkin lah, mama lihat dengan mata kepala mama sendiri”
Liana               : “Udah lah mah”

Beberapa saat kemudian, saat Maya ingin pergi ke kamar mandi tiba-tiba ada suara aneh dari dalam kamar mandi.
Maya              : (berjalan menuju kamar mandi) “suara apa itu? Siapa yang ada
              dikamar mandi?” (sambil membuka pintu kamar mandi) “Sa…Sandra?”
Sandra            : “Kau telah membunhku”
Maya              : “Tolong, mama, kak ; tolong aku!”
Ratih               : “Ada apa Maya ?”
Maya              : “Ada Sandra di kamar mandi Ma!”
Liana               : “Apa? Gak mungkinlah Sandra disitu, diakan sudah mati”
Maya              : “Benar kak, aku nggak bohong”
Ratih               : “Tu kan, benar apa kata mama, arwah Sandra itu masih gentayangan”
Maya              : “Jangan-jangan Sandra mau balas dendam ke kita”
Liana               : “Ih Serem ….”

Hari ke hari mereka lalui dengan rasa ketakutan. Tiba-tiba bulu kuduk mereka berdiri, semilir angin datang disertai asap putih dari ujung taman. Asap putih itu mendekati mereka dan menjadi sesosok wanita.
Ina                   : (melihat sesuatu bayangan putih) “Sandra..?”
Sandra            : “Ya kak, aku Sandra “
Ina                   : “Apa…? Sandra bukannya kamu sudah mati”
Sandra            : “Iya kak, memang aku sudah mati, kematianku juga karena ulah
               mereka”
Maya              : “Bukan aku Sandra ….!! Mama dan Kak Liana tuh yang ngerencanain
               mau membunuh kamu”
Ratih               : “Kok kamu nuduh mama, Liana tuh dalangnya”
Liana               : “Kok kalian malah nuduh aku? Yang ngerencanain kan kita bertiga, kok
                            saling tuduh-tuduhan begini sih”
Maya              : “Lebih baik kita lari saja. Lari……!!”
(Maya, Ratih dan Liana pergi meninggalkan Sandra)

Pagi-pagi buta saat mentari baru menampakkan dirinya, terdengar suara ricuh di rumah Ratih.
Liana               : “Mama, aku gak mau ketemu sama arwahnya Sandra”
Maya              : “Aku juga ma. Apa setiap malam kita harus kejar-kejaran sama arwah
                           Sandra?”
Ratih               : “Mama juga takut! Apa yang harus kita lakukan?”
Maya              : “Gimana kalau kita minta maaf sama Ina?”
Liana               : “Iya ma, menurutku jalan satu-satunya hanya itu. Agar arwah Sandra
               tidak menghantui kita lagi”
Ratih               : “Baiklah kalau begitu. Ayo kita temui Ina”

Akhrnya mereka bertiga pergi menemui Ina untuk meminta maaf
Liana               : (sambil memegang tangan Ina) “Ina, aku mau minta maaf atas
               kesalahan yang telah aku lakukan ke kamu”
Ina                   : “Ya, aku sudah memaafkanmu dari dulu”
Maya              : “Aku juga minta maaf ya In, kalau aku punya salah sama kamu”
Ina                   : “Ya, tidak apa-apa, aku juga sudah memaafkan kamu”
Ratih               : “Kalau begitu sekarang semua pekerjaan rumah kita lakukan besama-
                sama dan tidak akan ada lagi yang menjadi pembantu dirumah ini”

Akhirnya, setelah mereka meminta maaf kepada Ina, Sandra tidak pernah menggangu dan menampakkan dirinya lagi. Merekapun hidup dengan saling menyayangi dan menghormati



TAMAT

0 komentar:

Silahkan Beri Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com