MORFIN
Morfin merupakan agonis reseptor opioid, dengan
efek utama mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada sistem saraf pusat.
Aktivasi reseptor ini terkait dengan analgesia, sedasi, euforia, physical
dependence dan respiratory depression. Morfin juga bertindak sebagai agonis
reseptor κ-opioid yang terkait dengan analgesia spinal dan miosis.
Di dalam tubuh, morfin terutama dimetabolisme
menjadi morphine-3-glucuronide dan morphine-6-glucuronide (M6G). Pada hewan
pengerat, M6G tampak memiliki efek analgesia lebih potensial ketimbang morfin
sendiri. Sedang pada manusia M6G juga tampak sebagai analgesia. Perihal
signifikansi pembentukan M6G terhadap efek yang diamati dari suatu dosis
morfin, masih jadi perdebatan diantara ahli farmakologi.
Morfin diberikan secara parenteral dengan injeksi
subkutan, intravena, maupun epidural. Saat diinjeksikan, terutama intravena,
morfin menimbulkan suatu sensasi kontraksi yang intensif pada otot. Oleh karena
itu bisa menimbulkan semangat luar biasa. Tak heran bila di kalangan militer
terkadang menggunakan autoinjector untuk memperoleh manfaat tersebut.
Potensi analgesik yang kuat, akhirnya membuat
morfin menjadi cara untuk mengatasi kasus nyeri parah di rumah sakit. Misalnya
saja, mengatasi nyeri pasca bedah, nyeri karena trauma, mengurangi nyeri parah
kronik misalnya pada penderita kanker dan batu ginjal serta nyeri punggung. Di
samping itu, morfin juga digunakan sebagai adjuvan pada anestesi umum. Morfin
adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang
ditemukan pada opium. Penggunaan morfin harus disesuaikan dengan dosis dan
frekuensi yang tepat. Penyalahgunaan morfin akan berakibat pada ketagihan yang
bisa menimbulkan masalah social dan ekonomi.
Morfin bekerja langsung pada sistem saraf pusat
untuk menghilangkan sakit. Efek samping morfin antara lain adalah penurunan
kesadaran, euforia (rasa inilah yang sering dicari oleh penyalahguna morfin),
rasa kantuk, lesu, dan penglihatan kabur. Morfin juga mengurangi rasa lapar,
merangsang batuk, dan menyebabkan konstipasi. Morfin menimbulkan ketergantungan
tinggi dibandingkan zat-zat lainnya. Pasien morfin juga dilaporkan menderita
insomnia dan mimpi buruk
Metadon
Metadon
(Dolophine, Amidone, Methadose, Physeptone, Heptadon dan masih banyak lagi nama
persamaannya) adalah sejenis sintetik opioid yang secara medis digunakan
sebagai analgesik (pereda nyeri), antitusif (pereda batuk) dan sebagai terapi
rumatan pada pasien dengan ketergantungan opioid.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 494/MENKES/SK/VII/2006, metadon adalah suatu opiat sintetik yang menyebabkan pasien akan mengalami ketergantungan fisik. Jika ia berhenti mengkonsumsi metadon secara tiba-tiba ia akan mengalami gejala putus zat.
Apa kelebihannya?
Nah ini yang penting. Kenapa kita harus berkenalan dengan metadon? Ada apa sih dengan metadon? Oke.simak yuk!
Methadone sama halnya dengan morphin dan heroin sehingga mempunyai mekanisme kerja yang sama pada reseptor opoid dan karenanya akan menghasilkan efek yang sama. Durasi kerjanya yang lama dan harganya yang relatif murah sehingga banyak dimanfaatkan terutama untuk kepentingan medis.
Methadon mempunyai efek toleransi silang yang baik dengan golongan opioid lainnya seperti heroin atau morphine dan oleh karenanya methadone cukup bermanfaat jika digunakan sebagai agen rumatan ketergantungan opoid. Selain itu juga karena waktu paruh dan jangka kerjanya yang lama, akan membuat stabilisasi pasien lebih baik sehingga proses kecanduan terhadap opoid akan berkurang. Dengan demikian usaha-usaha pasien untuk mengkonsumsi substansi heroin, morfin atau obat sejenisnya melalui suntikan juga akan berkurang.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 494/MENKES/SK/VII/2006, metadon adalah suatu opiat sintetik yang menyebabkan pasien akan mengalami ketergantungan fisik. Jika ia berhenti mengkonsumsi metadon secara tiba-tiba ia akan mengalami gejala putus zat.
Apa kelebihannya?
Nah ini yang penting. Kenapa kita harus berkenalan dengan metadon? Ada apa sih dengan metadon? Oke.simak yuk!
Methadone sama halnya dengan morphin dan heroin sehingga mempunyai mekanisme kerja yang sama pada reseptor opoid dan karenanya akan menghasilkan efek yang sama. Durasi kerjanya yang lama dan harganya yang relatif murah sehingga banyak dimanfaatkan terutama untuk kepentingan medis.
Methadon mempunyai efek toleransi silang yang baik dengan golongan opioid lainnya seperti heroin atau morphine dan oleh karenanya methadone cukup bermanfaat jika digunakan sebagai agen rumatan ketergantungan opoid. Selain itu juga karena waktu paruh dan jangka kerjanya yang lama, akan membuat stabilisasi pasien lebih baik sehingga proses kecanduan terhadap opoid akan berkurang. Dengan demikian usaha-usaha pasien untuk mengkonsumsi substansi heroin, morfin atau obat sejenisnya melalui suntikan juga akan berkurang.
0 komentar:
Posting Komentar