Kerbau dan Kambing
Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor
singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh
kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun
saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di
dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu
menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya
agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu
hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang
Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan
berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu
yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya
akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang
lain.
Semut dan Belalang
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut
yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan,
mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim
panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di
tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan
sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut,
"tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim
dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang
musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan
makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan
sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa
gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut,
"Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim
panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut
membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang
Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
Burung Gagak dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim yang sangat kering,
dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk
diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air.
Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi
sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air
yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak
tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian
tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada
di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap
kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam
kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air
tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
Walaupun
sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.
Tujuh Burung Gagak
Dahulu,
ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki
tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring
dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan.
Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu
sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki
tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak
perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut
memperoleh berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah
seorang anak laki-lakinya untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang
anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak
laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu
karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka
tiba di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada
mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut
hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang
jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang kerumahnya.
Ayahnya
yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka
pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak
perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak
laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari
mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu
keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah
menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu
bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak
laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan
anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut
tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu
tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena
orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak
sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis
tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena
mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi
sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya.
Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara
gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh
saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin
kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk
menahan haus.
Gadis
tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari,
tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan
terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat
bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan
berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka
gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan
saudara-saudaramu.
Gadis
tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di
pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika
dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka
kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh
saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari
kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian
terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya
dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya
mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang
kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu
ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu
orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk
ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena
lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap
piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas
yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba
dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu
berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak
akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit
makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan
meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir
minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut
memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata,
"Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada
disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang
berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan
saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka
akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.
Seekor Anjing, Ayam Jantan dan Rubah
Seekor
anjing dan seekor ayam jantan yang berteman akrab, berharap bahwa satu saat
mereka akan dapat berkeliling dunia dan menemukan petualangan baru. Sehingga
mereka kemudian memutuskan untuk meninggalkan tanah pertanian dan melakukan
perjalanan keliling dunia melalului sebuah jalan yang menuju ke hutan. Kedua
sahabat itu berjalan bersama dengan semangat dan tidak bertemu dengan petualangan
yang mereka sering bicarakan.
Pada malam
hari, ayam jantan, mencari tempat untuk bertengger seperti kebiasaannya, dia
melihat sebuah pohon yang berlubang dan dipikirnya pohon tersebut sangat baik
untuk dijadikan tempat menginap. Sang anjing dapat menyelinap ke dalam
lubang pohon tersebut dan sang ayam dapat terbang ke atas salah satu dahan
pohon tersebut. Keduanya lalu tertidur dengan nyenyak di pohon tersebut.
Disaat
fajar mulai menyingsing, ayam jantan tersebut terbangun dan sejenak dia lupa
dimana dia berada. Dia mengira dirinya masih di tanah pertanian dimana tugasnya
adalah membangunkan seisi rumah pada pagi hari. Sekarang dengan berdiri diatas
jari kakinya, dia mengepakkan sayapnya dan berkokok dengan semangat. Tetapi
bukannya petani yang terbangun mendengar dia berkokok melainkan dia
membangunkan seekor rubah yang tidur tidak jauh dari pohon tersebut. Rubah
tersebut dengan cepat melihat ke arah ayam tersebut dan berpikir bahwa dia
mendapatkan sarapan pagi yang sangat lezat. Dengan cepat dia mendekati pohon
dimana ayam jantan bertengger, dan berkata dengan sopan:
"Selamat
datang di hutan kami, tuanku yang agung. Saya tidak dapat berbicara bagaimana
senangnya saya bertemu dengan anda di tempat ini. Saya merasa yakin bahwa kita
akan menjadi teman baik."
"Saya
merasa tersanjung, tuan yang baik." kata ayam jantan tersebut dengan
malu-malu. "Jika kamu memang mau, pergilah ke pintu rumahku di bawah pohon
ini, pelayanku akan membiarkan kamu masuk."
Rubah yang
sedang lapar itu tidak mencurigai apapun, berjalan ke arah lubang dibawah pohon
tersebut seperti yang disuruhkan, dan dalam sekejap mata anjing yang tadinya
tidur di dalam lubang pohon itu menyergapnya.
Siapa yang
akan menipu, akan menerima akibatnya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar