Satuan dan Program Pendidikan di Masyarakat
Mengacu pada UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 10, satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal,
dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Satuan pendidikan yang
ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 adalah
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Program pendidikan yang
ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 3 adalah pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keaksaraan. pendidikan
kesetaraan Pendekatan Pembelajaran dalam Berbagai Satuan Pendidikan di Masyarakat.
Pendekatan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan di masyarakat adalah
pedagogik dan andragogik. Pedagogik diartikan sebagai seni dan ilmu mendidik anak,
dan andragogik diartikan sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik untuk
belajar.
Dalam kegiatan
pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan di masyarakat dapat menggunakan pendekatan pedagogik dan
pendekatan andragogik, Kedua pendekatan ini tidak lagi merupakan pendekatan yang
harus dipisahkan dalam penggunaannya, sekalipun secara pengertian berbeda.
Ketika menghadapi orang
dewasa pada satuan tertentu, maka tepat kalau menggunakan pendekatan pedagogi apabila peserta membutuhkan berbagai informasi
yang datangnya dari pendidik. Sebaliknya apabila peserta didiknya adalah
anak-anak (masih dalam kelompok bermain) pendekatan andragogi bisa digunakan
apabila bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas anak.
Strategi Pengelolaan Pembelajaran MuItikultural
Seorang guru dituntut
harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam menciptakan
harmoni dan kedamaian di antara peserta didik yang dilandasi keanekaragaman
budaya yang dimiliki peserta didik.
Dalam kegiatan
multikultural tidak lepas dari hakikat pendidikan yaitu suatu proses menumbuhkembangkan
eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang
berdimensi local, nasional, dan global.
Komponen-komponen yang berhubungan
dengan hakikat pendidikan adalah :
1.
Pendidikan merupakan proses
berkesinambungan
2.
Proses pendidikan menumbuhkembangkan
eksistensi manusia
3.
Proses pendidikan mewujudkan eksiatensi
manusia
4.
Proses pendidikan berlangsung daiam
masyarakat membudaya.
5.
Proses bermasyarakat dan membudaya
mempunyai dimensi waktu dan ruang.
Pembelajaran multikuitural
dapat difokuskan pada pembelajaran perdamaian, pembelajaran hak asasi manusia,
dan pembelajaran untuk demokrasi.
Strategi pembelajaran perdamaian dapat
menggunakan strategi instrospektif, interaksi sosial, pengenalan lingkungan
alam dan rekreasi. Strategi pembelajaran hak-hak asasi manusia dapat dilakukan
dengan cara: 1) belajar tentang hak-hak asasi manusia, 2) belajar bagaimana memperjuangkan
hak-hak asasi manusia, 3) belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
Strategi pembelajaran
untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara: 1) kelas demokrasi harus berlaku
di tempat pembelajaran, 2) pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terus
menerus, 3) penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya,
ekonomis, dan evolusinya.
Prosedur Pengelolaan Pembelajaran Multikultural
Prosedur yang ditempuh
dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah melalui tahapaN kegiatan pendahutuan, kegiatan
utama, analisis, abstraksi, penerapan dan kegiatan penutup.
Kegiaian pendahuluan dalam
pembelajaran multikultural adalah menciptakan suasana yang kondusif sehingga
setiap peserta didik dapat belajar dalam harmoni dan kebersamaan. Kegiatan
utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada penciptaan pembelajaran
yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan
pada keaneharagamau budaya.
Kegiatan analiss dalam
tahapan pembelajaran multikultural adalah member kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran
dan pemahaman pribadi tentaiig sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Abstraksi dalam
pembelajaran multikulural merupakan upaya pendidik untuk memperjelas materi
inti yang harus dipahami oleh peserta didik. Penerapan dalam pembelajaran multikultural
adalah untuk mengukur perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuli
pembelajaran.
Kegiatan penutup adalah
kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran mullikuitural yang dapat dilakukan sekaligus dengan kegiatan
penilaian.
Pendekatan dan Strategi pengembangan muatan life skills
pada pembelajaran berwawasan kemayarakatan.
Pendekatan pendidikan
berbasis luas (broad based education) merupakan pendekatan yang sesuai dalam pengembangan muatan life
skills pada pembelajaran pendidikan Broad Based Educational sebagai pedekatan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi lite skills dimaksudkan sebagai
upaya agar pendidikan dapat memenuhi pokok pokok pikiran
1.
Pendidikan ditujukan untuk membentuk
masyarakat Indonesia baru yang demokratis
2.
Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan
yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis
3.
Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan
tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global
4.
Pendidikan harus mampu mengarahkan
lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis
5.
Dalam menghadapi global yang kompelitif
dan inofatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetitif
dalam rangka kerja sama
6.
Pendidikan harus mampu mengembangkan
kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu
di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan
7.
Pendidikan harus mampu mengindonesiakan
masayarakat Indonesia sehingga setiap insan merasa bangga menjadi warga Negara
Indonesia.
Broad Cased
Educatiooal/ Pendidikan Berbasis Luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki
karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang
berkembang secara luas di masyarakat. Wardiman (1998 : 73) menyebutkan
pendidikan berbasis luas merupakan system baru yang berwawasan sumber daya
manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber
daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali
dengan pembentukan dasar (fondasi) yang kuat.
Dengan demikian broad
based education diartikan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan
orientasi yang lebih luas. kuat dan mendasar sehingga memungkinkan warga masyarakat
memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terjadi pada dirinya
baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaan.
Strategi pengembangan muatan life skills
pada pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan meliputi :
a)
Strategi Renung-Iatih-Telaah (RTL)
Strategi
RLT yang berarti perenungan, Pelatihan atau Pembinaan dan Penelaahan dikemukakan
oleh Marwah daud Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi life skills
perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna hidup/diri.
pelatihan/ jembiasaan tentang bagaimana mengelola (manajemen) hidup, dan
penelaahan kisah susses tokoh-tokoh sukses.
b)
Strategi Learner Centred yang
dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan yang menuntut penyelengaraan life
skills dalam perobelajaran menggunakan prinsip-prinsip : 1) pengembangan kecakapan berdasarkan minat dan
kebutuhan individu dan/atau kelompok sasaran; 2) Pengerobangan kecakapan
terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat (sumber daya alam dan
potensi sosial budaya); 3) Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata
sebagai dasar sektor usaha kecil atau industri rumah tangga; dan 4)
Pengembangan kecakapan berdasar pada peningkatan kompetensi ketrampilan peserta
didik untiik berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih
bersifat aplikatif operasional.
c)
Strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi
d)
Stralegi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler
Pola penyelenggaraan pembelajaran yang
berorientasi life skills, salah satunya adalah menggunakan 15 langkah, yaitu :
1.
Penyiapan Diri
2.
Penyiapan Lembaga Masyarakat
3.
Mengidentifikasi Potensi Penyelenggaraan
Program
4.
Menyusun Rencana Kegiatan Pendidikan
Kecakapan Hidup
5.
Menyusun Kurikulum dan Strategi
Pendidikan Kecakapan Hidup
6.
Menyusun/ Mengadakan Bahan Belajar
7.
Menyusun Instrumen Pemantauan, Penilaian
dan Pendampingan
8.
Melaksanakan Orientasi Bagi Pengelola
dan Nara Sumber;
9.
Melaksanakan Sosialisasi Program Kepada
Stakeholders;
10.
Melaksanal;an Pembekalan/ Pembelajaran
11.
Melaksanakan Fasilhasi Pemandirian
Kecakapan Hidup Peserta didik;
12.
Memantau, Menilai dan Memfasilitasi
Pelaksanaan Program;
13.
Menilai Program Pendidikan Kecakapan
Hidup;
14.
Menyusun Laporan Pelaksanaan Program
Pendidikan Kecakapan Hidup;
15.
Menyusun Rencana Tindak Lanjut Program;
Jenis – Jenis Life Skill
Broling pengelompokan life
skills menjadi ; a) kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill) ; b)
kecakapan hidup sosial pribadi (personal/social skill); c) kecakapan hidup bekerja (occupational
skill)
World Health
Organization mengelompokkan life skills menjadi lima jenis, yaitu: a) Self awareness/personal
skill; b) Social skill; c) Social skill; d) Acaderais skill; dan e) Vocational skill.
Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengemukakan jenis-jenis life skills sebagai
berukut: a) Kecakapan pribadi (personal skill; b) Kecakapan sosial (social
skill); c) Kecakapan akademik (academic skill); d) Kecakapan vokasional
(vocational skill) Direktorat Kepemudaan mengimgkapkan tiga jenis life skills,
yaiai: a) Kecakapan personal; b) Kecakapan sosial; dan c) Kecakapan vokasional.
Dalam dunia kerja,
Satori (2002) mengenalkan jenis-jenis life skills dalam employability skills
sebagai berikut: a) Ketrampilan Dasar; b) Ketrampilan berpikir tingkat tinggi;
dan c) Karakter dan ketrampilan afektif.
Satori, menghubungkan antara life skills
dengan employability skills, vocational skills dan occupational skills. Slameto
membagi life skills menjadi 2 bagian yaitu :
Kecakapan
dasar
|
Kecakapan
instrumental
|
a.
Kecakapan belajar terus menerus
b.
Kecakapan membaca menulis dan menghitung
c.
Kecakapan berkomunikasi; lisan, tulisan, tergambar
dan mendengar
d.
Kecakapan berpikir
e.
Kecakapan qalbu: iman (spiritual) rasa dan emosi
f.
Kecapakan mengelola kesehatan badan
g.
Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya – upaya
untuk mencapainya
h.
Kecakapan berkeluarga dan sosial
|
a.
Kecakapan memanfaatkan tekhnologi dalam kehidupan
b.
Mengelola sumber daya
c.
Kecakapan bekerja dengan orang lain
d.
Kecakapan memanfaatkan informasi
e.
Kecakapan menggunakan system dalam kehidupan
f.
Kecakapan berwirausaha
g.
Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni
(cita rasa)
h.
Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan
karier
i.
Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
j.
Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai –
nilai pancasila
|
MODEL
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Dalam menyiapkan anak
untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini tidak harus sudah mengenal lingkungannya.
Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya pendidik untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka.
Dalam penerapan
pembelajaran kontekstual dilandasi oleh aliran kontruktivisme yaitu menekankan
pada pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran Pembelajaran
kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelajaran konvensional, tekanan perbedaannya
yaitu pembelajaran kontekstual lebih bersifat student contered dengan proses pembelajarannya
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami.
Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderung teacher centered, yang dalam
proses pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak
teoritis.
Dalam penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas, tidak terlepas harus memperhatikan komponen-komponen
sebagai acuan utamanya, yaitu; Contrukstivisme, Inquiry Questioning, Learning
Community, Modelling, reflection, Authentic Assesment.
0 komentar:
Posting Komentar