Alfa Computer : Jl Raya Watudandang Prambon Nganjuk (1/3an SMPN 1 Prambon)

Senin, 11 Juni 2012

pembelajaran era sekarang


Satuan dan Program Pendidikan di Masyarakat

Mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 10, satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Satuan pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 26 ayat 4 adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Program pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003  pasal 26 ayat 3 adalah pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keaksaraan. pendidikan kesetaraan Pendekatan Pembelajaran dalam Berbagai Satuan Pendidikan di Masyarakat.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan di masyarakat adalah pedagogik dan andragogik. Pedagogik diartikan sebagai seni dan ilmu mendidik anak, dan andragogik diartikan sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik untuk belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan di masyarakat dapat  menggunakan pendekatan pedagogik dan pendekatan andragogik, Kedua pendekatan ini tidak lagi merupakan pendekatan yang harus dipisahkan dalam penggunaannya, sekalipun secara pengertian berbeda.
Ketika menghadapi orang dewasa pada satuan tertentu, maka tepat kalau menggunakan pendekatan pedagogi  apabila peserta membutuhkan berbagai informasi yang datangnya dari pendidik. Sebaliknya apabila peserta didiknya adalah anak-anak (masih dalam kelompok bermain) pendekatan andragogi bisa digunakan apabila bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas anak.


Strategi Pengelolaan Pembelajaran MuItikultural


Seorang guru dituntut harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam menciptakan harmoni dan kedamaian di antara peserta didik yang dilandasi keanekaragaman budaya yang dimiliki peserta didik.
Dalam kegiatan multikultural tidak lepas dari hakikat pendidikan yaitu suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi local, nasional, dan global.
Komponen-komponen yang berhubungan dengan hakikat pendidikan adalah :
1.      Pendidikan merupakan proses berkesinambungan
2.      Proses pendidikan menumbuhkembangkan eksistensi manusia
3.      Proses pendidikan mewujudkan eksiatensi manusia
4.      Proses pendidikan berlangsung daiam masyarakat membudaya.
5.      Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang.
Pembelajaran multikuitural dapat difokuskan pada pembelajaran perdamaian, pembelajaran hak asasi manusia, dan pembelajaran untuk demokrasi.
Strategi pembelajaran perdamaian dapat menggunakan strategi instrospektif, interaksi sosial, pengenalan lingkungan alam dan rekreasi. Strategi pembelajaran hak-hak asasi manusia dapat dilakukan dengan cara: 1) belajar tentang hak-hak asasi manusia, 2) belajar bagaimana memperjuangkan hak-hak asasi manusia, 3) belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara: 1) kelas demokrasi harus berlaku di tempat pembelajaran, 2) pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terus menerus, 3) penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan evolusinya.


Prosedur Pengelolaan Pembelajaran  Multikultural


Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah melalui   tahapaN kegiatan pendahutuan, kegiatan utama, analisis, abstraksi, penerapan dan kegiatan penutup.
Kegiaian pendahuluan dalam pembelajaran multikultural adalah menciptakan suasana yang kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam harmoni dan kebersamaan. Kegiatan utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada penciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan pada keaneharagamau budaya.
Kegiatan analiss dalam tahapan pembelajaran multikultural adalah member kesempatan  kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman pribadi tentaiig sesuatu yang  sudah dipelajarinya.
Abstraksi dalam pembelajaran multikulural merupakan upaya pendidik untuk memperjelas materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.  Penerapan dalam pembelajaran multikultural adalah untuk mengukur perubahan yang terjadi  pada peserta didik setelah mengikuli pembelajaran.
Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran mullikuitural yang  dapat dilakukan sekaligus dengan kegiatan penilaian.



Pendekatan dan Strategi pengembangan muatan life skills pada pembelajaran berwawasan kemayarakatan.

Pendekatan pendidikan berbasis luas (broad based education) merupakan pendekatan  yang sesuai dalam pengembangan muatan life skills pada pembelajaran pendidikan  Broad Based Educational sebagai pedekatan dalam penyelenggaraan pendidikan yang  berorientasi lite skills dimaksudkan sebagai upaya agar pendidikan dapat memenuhi pokok  pokok pikiran
1.      Pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis
2.      Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis
3.      Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global
4.      Pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis
5.      Dalam menghadapi global yang kompelitif dan inofatif, pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetitif dalam rangka kerja sama
6.      Pendidikan harus mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, dan
7.      Pendidikan harus mampu mengindonesiakan masayarakat Indonesia sehingga setiap insan merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia.

Broad Cased Educatiooal/ Pendidikan Berbasis Luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas di masyarakat. Wardiman (1998 : 73) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan system baru yang berwawasan sumber daya manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar (fondasi) yang kuat.
Dengan demikian broad based education diartikan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan orientasi yang lebih luas. kuat dan mendasar sehingga memungkinkan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terjadi pada dirinya baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaan.
Strategi pengembangan muatan life skills pada pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan meliputi :
a)      Strategi Renung-Iatih-Telaah (RTL)
Strategi RLT yang berarti perenungan, Pelatihan atau Pembinaan dan Penelaahan dikemukakan oleh Marwah daud Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi life skills perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna hidup/diri. pelatihan/ jembiasaan tentang bagaimana mengelola (manajemen) hidup, dan penelaahan kisah susses tokoh-tokoh sukses.
b)      Strategi Learner Centred yang dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan yang menuntut penyelengaraan life skills dalam perobelajaran menggunakan prinsip-prinsip : 1)  pengembangan kecakapan berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/atau kelompok sasaran; 2) Pengerobangan kecakapan terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat (sumber daya alam dan potensi sosial budaya); 3) Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil atau industri rumah tangga; dan 4) Pengembangan kecakapan berdasar pada peningkatan kompetensi ketrampilan peserta didik untiik berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih bersifat  aplikatif operasional.
c)      Strategi Kurikulum Berbasis Kompetensi
d)     Stralegi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler

Pola penyelenggaraan pembelajaran yang berorientasi life skills, salah satunya adalah menggunakan 15 langkah, yaitu :
1.      Penyiapan Diri
2.      Penyiapan Lembaga Masyarakat
3.      Mengidentifikasi Potensi Penyelenggaraan Program
4.      Menyusun Rencana Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup
5.      Menyusun Kurikulum dan Strategi Pendidikan Kecakapan Hidup
6.      Menyusun/ Mengadakan Bahan Belajar
7.      Menyusun Instrumen Pemantauan, Penilaian dan Pendampingan
8.      Melaksanakan Orientasi Bagi Pengelola dan Nara Sumber;
9.      Melaksanakan Sosialisasi Program Kepada Stakeholders;
10.  Melaksanal;an Pembekalan/ Pembelajaran
11.  Melaksanakan Fasilhasi Pemandirian Kecakapan Hidup Peserta didik;
12.  Memantau, Menilai dan Memfasilitasi Pelaksanaan Program;
13.  Menilai Program Pendidikan Kecakapan Hidup;
14.  Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup;
15.  Menyusun Rencana Tindak Lanjut Program;



Jenis – Jenis Life Skill

Broling pengelompokan life skills menjadi ; a) kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill) ; b) kecakapan hidup sosial pribadi (personal/social skill);  c) kecakapan hidup bekerja (occupational skill)
World Health Organization mengelompokkan life skills menjadi lima jenis, yaitu: a) Self awareness/personal skill; b) Social skill; c) Social skill; d) Acaderais skill; dan e) Vocational skill.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengemukakan jenis-jenis life skills sebagai berukut: a) Kecakapan pribadi (personal skill; b) Kecakapan sosial (social skill); c) Kecakapan akademik (academic skill); d) Kecakapan vokasional (vocational skill) Direktorat Kepemudaan mengimgkapkan tiga jenis life skills, yaiai: a) Kecakapan personal; b) Kecakapan sosial; dan c) Kecakapan vokasional.
Dalam dunia kerja, Satori (2002) mengenalkan jenis-jenis life skills dalam employability skills sebagai berikut: a) Ketrampilan Dasar; b) Ketrampilan berpikir tingkat tinggi; dan c) Karakter dan ketrampilan afektif.
Satori, menghubungkan antara life skills dengan employability skills, vocational skills dan occupational skills. Slameto membagi life skills menjadi 2 bagian yaitu :
Kecakapan dasar
Kecakapan instrumental
a.       Kecakapan belajar terus menerus
b.      Kecakapan membaca menulis dan menghitung
c.       Kecakapan berkomunikasi; lisan, tulisan, tergambar dan mendengar
d.      Kecakapan berpikir
e.       Kecakapan qalbu: iman (spiritual) rasa dan emosi
f.       Kecapakan mengelola kesehatan badan
g.      Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya – upaya untuk mencapainya
h.      Kecakapan berkeluarga dan sosial
a.       Kecakapan memanfaatkan tekhnologi dalam kehidupan
b.      Mengelola sumber daya
c.       Kecakapan bekerja dengan orang lain
d.      Kecakapan memanfaatkan informasi
e.       Kecakapan menggunakan system dalam kehidupan
f.       Kecakapan berwirausaha
g.      Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (cita rasa)
h.      Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karier
i.        Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
j.        Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai – nilai pancasila




MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Dalam menyiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini tidak harus sudah mengenal lingkungannya. Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual dilandasi oleh aliran kontruktivisme yaitu menekankan pada pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran Pembelajaran kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelajaran konvensional, tekanan perbedaannya yaitu pembelajaran kontekstual lebih bersifat student contered dengan proses pembelajarannya berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderung teacher centered, yang dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak teoritis.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, tidak terlepas harus memperhatikan komponen-komponen sebagai acuan utamanya, yaitu;  Contrukstivisme, Inquiry Questioning, Learning Community, Modelling, reflection, Authentic Assesment.

0 komentar:

Silahkan Beri Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com