Pantomim
CUCI TANGAN SEBELUM MAKAN
Cucitangan
sebelum makan merupakan salah satu tema yang digarap sebagai ide dasar pantomim
ini. Amel dan Naraya sebagai peraga atau pemainnya memiliki karakter yang
berbeda, dimana Amel sebagai anak yang mandiri, seseorang yang menghargai
waktu, dan selalu melakukan hal-hal yang baik pula. Berbeda jauh dengan Naraya
yang merupakan tergolong anak manja, sesuka hatinya melakukan kegiatan apapun,
dan yang pasti tidak menghargai waktu.
Cucitangan
sebelum makan diawali dari minggu pagi yang cerah dimana Amel sendang mencuci
bajunya, ditengah-tengah kegiatannya Naraya berkunjung kerumah Amel, karena
begitu sibuknya Amel, sampai tidak tahu kalau Naraya sudah cukup lama mengetuk
pintu rumahnya. Beberapa kali diketuknya pintu rumah Amel, barulah Amel
mendengarnya dan secepat mungkin membukakan pintu. Amel mulai mencari kunci
pintu di saku bajunya dan membuka pintu, setelah pintu dibuka ternyata tidak
ada seorangpun yang berdiri di depannya, Amel dengan bingung mencari. Ternyata
apa yang Amel cari telah jatuh terkena pintu. Naraya dengan sekuat tenaga
memanggil Amel, dengan harapan akan menolongnya. Amel dengan perasaan bersalah
menolong Naraya, sembari berdiri dan membersihkan bajunya Naraya mengajak Amel
bermain tanah di samping rumah Amel.
Amel melihat jam tangannya memastikan apakah
sudah waktunya untuk bermain, ternyata jam tangannya menunjukkan pukul 09.00, yaitu
waktu untuk bermain, tidak lupa Amel mengunci pintun dan dengan riang gembira
mereka bermain tanah. Amel mendapat tugas mengambil tanah dan meletakkannya
diatas meja, dengan cekatan Naraya mulai membuat pondasi istana tanah yang akan
mereka buat. Amel dan Naraya senang sekali bermain bersama, sampai akhirnya
perut Naraya berbunyi menandakan bahwa Naraya lapar. Naraya meminta permainan
ini diakhiri dan bergegas makan. Amelpun melihat jam tangannya memang waktunya
makan siang, Amel mulai berfikir dan memutuskan makan siang dirumahnya, dengan
hati riang gembira Naraya menyetujui.
Bergegaslah Amel
membuka pintu rumah dan mereka mulai menuju dapur dimana tempat makanan berada,
dengan cepat Naraya langsung mengambil nasi, lauk-pauk, dan mulai memakan
makanan yang ada. Amel dengan spontan
menegur Naraya meminta untuk cucitangan dulu sebelum makan. Naraya menolak
permintaan temannya itu sembari terus makan dengan rakus. Amelpun meninggalkan
Naraya sejenak memcucitangannya dengan sesekali bermain buih yang ada di
tangan, selesai mencuci tangan Amel bergegas mengambil makanan, dan mulai
memakannya bersama Naraya dimeja makan rumahnya. Naraya dengan kejailannya
sesekali menggoda Amel yang makan dengan tenang, namun amel dengan sabar
menyikapi ulah temannya itu.
Makan siangpun
telah usai Amel langsung menuju dapur untuk mencuci piring dan peralatan makan
yang digunakan, berbeda dengan Naraya yang menyusul dibelakang amel ternyata
hanya untuk menaruh peralatan makannya untuk dicucikan oleh Amel, dan dengan
tanpa bersalah langsung bermain sepeda di depan halaman rumah Amel dengan
tangan penuh sisa-sisa makan. Amel dengan sabar menyikapi perbuatan temannya
sembari berfikir tak apalah berbuatat baik akan mendapatkan kebaikan pula.
Setelah mencuci peralatan makan Amel bergegas menuju halaman rumahnya, dengan
latang Naraya mengajak Amel bersepeda bersamanya, Amel menganggukkan kepala bertanda
bahwa menyetujui ajakan. Mereka dengan hati yang gembira bersepeda mengitari
halaman rumah Amel yang cukup luas itu. Cukup lama kegiatan itu berlangsung
sampai tiba-tiba perut Naraya sakit dan merasa kalau ingin buang air besar,
bergegaslah Naraya menuju kamar mandi rumah Amel dan secepat mungkin langsung
memasuki kamar mandi itu. Amel menyusul di belakang Naraya sembari khawatir
dengan keadaan Naraya. Amel dengan hati yang resah mengetuk pintu kamar mandi
memastikan bahwa Naraya dalam keadaan baik. Narayapun bergegas keluar dari
kamar mandi berkata bahwa baik-baik saja, berselang tidak lama Naraya bergegas
memasuki kamar mandi lagi karena merasakan bahwa memang ingin buang air besar
lagi. Kegiatan itu berulang-ulang beberapa kali, dan disela-sela kegiatan itu
Amel mulai berfikir penyebab sakit perut Naraya. Ternyata sakit itu diakibatkan
bahwa Naraya tidak cucitangan sebelum makan, pastilah kuman, penyakit yang ada
menyerang perut Naraya sehingga mengakibatkan sakit perut yang berkepanjangan.
Melihat temannya
kesakitan Amel bergegas mengajak Naraya kedokter terdekat untuk meminta obat
agar Naraya segera sembuh dari sakitnya. Sesampainya di dokter akibat sakit
perut Naraya terditeksi dan hasilnya sama dengan apa yang difikirkan Amel, yaitu
Naraya tidak mencucitangan sebelum makan. Naraya dengan mimik muka malu
bercampur sedih, kecewa bahwa tadi tidak mendengarkan perkataan temannya. Dengan
kejadian tersebut Naraya berjanji bahwa akan selalu mencuci tangan sebelum
makan.
Cerita ini
diharap dapat dijadikan pedoman bahwa cucitangan sebelum makan termasuk upaya
menjadikan hidup sehat, dan mencegah terjadinya sakit, dengan hal sekecil ini
memiliki dampak yang cukup besar. Diharap dengan pantomim yang mengusung tema
cucitangan sebelum makan dapat memberi contoh yang baik bagi semua kalangan.
Peraga/
pemain:
1. Naraya
2. Amel
0 komentar:
Posting Komentar