ALI BIN ABI THALIB
A) Latar Belakang Kehidupan Ali Bin Abi
Thalib
Ali bin Abi Thalib adalah anak dari paman Nabi saw, Abu
Thalib. Sebagaimana Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib berasal dari Bani Hasyim salah satu kabilah dari suku
Quraisy. Sejak kecil Ali Bin Abi Thalib berada di bawah pengasuhan langsung Rasulullah
saw, sehingga sejak kecil pula ia tidak pernah bersujud pada patung-patung
berhala dan berrnain-main seperti anak yang lainnya. Ia belajar berakhlaq mulia
dan jauh dari kernusyrikan berguru pada anak pamannya langsung, Rasulullah saw.
Sesaat setelah Muhammad saw menerima wahyu pertama dan
diangkat menjadi Rasul, Ali ditawari oleh Rasulullah saw untuk masuk Islam.
Saat itu usianya baru enam tahun. Ali 1angsung menerima tawaran itu, meski demikian
Rasulullah memerintahkan Ali untuk meminta ijin kepada ayahnya terlebih dahulu.
Akan tetapi, Ali justru menjawab, "Apakah Allah telah meminta ijin terlebih
dahulu kepada ayahku saat Dia akan
menciptakan aku?" Sejak saat itu Ali mengikuti setiap gerakan dan langkah
yang dilakukan oleh Rasulullah saw seperti layaknya seekor unta kecil yang
selalu mengikuti induknya dan tidak mau berpisah sedikit pun.
B) Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi
Thalib
Pada akhir masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, terjadi
fitnah besar di kalangan kaum muslimin di beberapa daerah, terutama di Basrah,
Mesir, dan Kufah. Fitnah-fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik
yang dipimpin Abdullah bin Saba'. Fitnah tersebut berhasil menghasut beberapa
pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya Khalifah Usman bin Affan.
Dalam masa kritis tersebut, beliau tetap tidak mau
menggunakan pengawalan khusus yang ditawarkan para sahabatnya. Suatu ketika,
para pernberontak berhasil menyerbu rumah Khalifah Utsman bin Affan dan
membunuhnya, Saat kejadian itu, Khalifah Utsrnan bin Affan sedang menjalani
puasa sunah dan membaca Al Qur'an. Malam hari sebelum terbunuh, beliau bernumpi
bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam rnimpinya,
Rasulullah saw meminta beliau untuk berpuasa dan besoknya akan berbuka dengan
Rasulullah saw. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.
Sepeninggal Khalifah Utsman bin Affan dan dalarn kondisi
yang masih kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi
khalifah. Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang menolak usulan tersebut,
diantaranya Mu'awiyyah bin Abu Sofyan. Mereka yang menolak Ali bin Abi Thalib
pada urnumnya adalah gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar
Khalifah Utsman bin Affan. Mereka menuntut pembunuh Khalifah Utsman bin Affan
ditangkap terlebih dahulu. Setelah itu, barulah masalah pergantian pemimpin
dibicarakan. Sebaliknya pihak Ali bin Abi Thalib berpendapat bahwa masalah
kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu, barulah
pembunuh Khalifah Utsman bin Affan dicari bersama- sama. Perbedaan pendapat
tersebut menjadi awal pecahnya persatuan kaum muslim saat itu. Akhirnya, Ali
bin Abi Thalib tetap diangkat sebagai khalifah meskipun ada beberapa kalangan
yang tidak bersedia mengakuinya.
C) Usaha-Usaha Yang Dilakukan Khalifah
Ali Bin Abi Thalib
-
Mengganti Pejabat Yang Kurang Cakap
Khalifah
Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap
dalam bekerja. Akan tetapi pejabat. pejabat tersebut ternyata banyak yang berasal
dan keluarga Khalifah Utsman bin Affan yang berasal dari bani Umayyah.
Akibatnya, makin banyak kalangan dari bani Umayyah yang tidak menyukai Khalifah
Ali bin Abi Thalib.
-
Membenahi Keuangan Negara (Baitul
Mal)
Setelah
mengganti para pejabat yang kurang cakap, Khalifah Ali bin Abi Thalib kemudian
menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak bena. Harta
tersebut kemudian di simpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan
rakyat.
-
Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada
saat Khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah
mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan
tanda baca, seperti kasrah, fathah, dammah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya
kesalahan bacaan teks Al Qur'an dan hadits di daerah-daerah yang jauh dari
Jazirah Arab, hal ini sangat wajar mengingat bahasa ibu mereka bukanlah bahasa
Arab.
Untuk
menghindari kesalahan fatal dalam bacaan A1 Qur'an dan hadits, Khalifah Ali bin
AbiThalib memerintahkan Abu Aswad ad-Dzuali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu
nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu
diharapkan dapat'membantu orang-orang non-Arab dalam mempelajari sumber utama
ajaran Islam, yaitu Al Qur'an dan hadits.
-
Bidang Pembangunan
Salah
satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Thalib
adalah pembangunan Kota Kufah. Pada awalnya, Kota Kufah disiapkan sebagai pusat
pertahanan oleh Mu'awiyah bin Abu Sofyan. Akan tetapi kota Kufah kemudian berkembang
menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan
lainnya. Pada waktu itu, perselisihan antara pendukung Khalifah Ali bin Abi
Thalib dan Mu'awiyah bin Abu Sofyan makin membesar. Perselisihan itulah yang
menjadi awal berakhirnya pemerintahan Islam di bawah Khulafaur Rasidin.
Meskipun memiliki kelemahan-kelemahan, para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan
Islam pada masa Khulafaur Rasidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling
mendekati masa pemerintahan Rasulullah saw.
D) Berakhirnya Masa Kekhalifahan Ali
Bin Abi Thalib
Dalam
situasi yang buruk, Ali memegang tampuk kekhalifahan dan menjadi khalifah ke
ernpat dalam khulafaur rasyidin. Pada mulanya Ali menolak untuk menerima jabatan
itu hingga akhirnya orang-orang pun memaksanya untuk menerima jabatan itu.
Setelah diangkat sebagai khalifah, tidak beberapa lama kemudian teriadi pecah
peperangan antara pengikut Ali bin Abi Thalib dan pengikut Mu'awiyah bin Abu
Sofyan.
Dalam
peperangan itu terjadi dua kali peperangan besar, yaitu perang Jamal'dan perang
Siffin. Setelah terjadi perjanjian damai antara kedua belah pihak, muncul
kelompok yang merasa tidak puas dengan perjanjian darnai tersebut, yaitu
kelompok Khawarij. Mereka berpendapat bahwa, baik Ali bin Abi Thalib maupun
Mu'awiyah bin Abu Sofyan telah keluar dari jalur Islam sehingga keduanya tidak
lagi pantas menduduki jabatan. Bahkan mereka berencana untuk membunuh Ali bin
Abi Thalib.
Sehingga
pada suatu hari, saat khalifah Ali bin Abi Thalib berangkat salat subuh menuju
masjid beliau, ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam. Seorang dari kelompok
Khawarij. Khalifah Aii bin Abi Thalib meninggal setelah menjabat sebagai
khalifah selama hampir tiga tahun.
GAYA KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN
Ibrah
atau pelajaran yang dapat diarnbil dari kepernirnpinan Khulafaur Rasidin,
adalah meneladani prestasi-prestasi yang dicapai. Khalifah Abu Bakar Ash
Shiddiq merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas dan teguh memegang
kebenaran. Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq segera memberantas suatu gerakan yang
dinilai menyalahi Islam, tanpa memberi kesempatan gerakan tersebut berkembang.
Khalifah
Umar bin Khattab merupakan salah satu pernimpin yang meletakkan dasar-dasar
demokrasi dalam Islam. Beliau benar-benar memerhatikan dan mengutamakan kepentingan
rakyat. Dalam pemerintahan beliau memilih pejabat yang benar-benar dapat
dipercaya. Khalifah Urnar bin Khattab juga selalu membuka diri untuk menerima
suara langsung dari rakyatnya.
Khalifah
Utsman bin Affan merupakan salah satu pernirnpin yang lemah lembut dan sangat-
memerhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka mengadakan pendekatan
persuasif jika terjadi gejolak.
Adapun
Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang disiplin, tegas, dan
keras dalam membela kebenaran. Dalam kondisi tertentu, Khalifah Ali bin Abi
Thalib lebih mengutamakan kebenaran yang diyakininya daripada persatuan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang sudah
menjadi kesepakatan mayoritas.
IBRAH GAYA KEPEMIMPINAN KHULAFAUR
RASIDIN
Khulafaur
Rasyidin yang terdiri atas empat sahabat
Nabi Muhammad saw. mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Khalifah Abu
Bakar ash Shiddiq mempunyai karakter lembut dan tegas. Dalam Suasana negara
yang kepemimpin yang berkarakter seperti Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq sangat
diperlukan. Dengan kelembutannya, KhalifahAbu Bakar ash Siddiq dapat
menginsafkan orang-orang yang terbujuk berbuat makar. Sementara itu,
orang-orang yang bersikap merongrong dihadapi secara tegas oleh Khalifah Abu
Bakar ash Shiddiq.
Pada
masa Khalifah Umar bin Khattab, situasi negara lebih aman. Dalam kondisi itu,
perlu pemimpin yang mempunyai karakter seperti Umar bin Khattab, yaitu cerdas,
tegas, dan mengutamakan kepentingan rakyat. Kecerdasan Umar bin Khattab sangat
diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang Islami.
Situasi
negara pada masa Khalifah Utsman bin Af'fan benar-benar sudah arnan. Kemakmuran
sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat. Dalam kondisi seperti itu
karakter pemimpin yang saleh, penyantukan dan sabar sangat diperlukan. Dengan
karakter seperti Khalifah Utsman bin Affan tersebut, kemakmuran rakyat dapat
tercapai, baik jasmani maupun rohani.
Pada masa
peralihan kekuasaan dari Khalifah Utsman bin Affan kepada Khalifah Ali bin Abi
Thalib, kekacauan kembali terjadi. Dalam kondisi negara itu, karakter pemimpin
yang tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali bin Abi
Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan Khalifah Ali bin AbiThalib
dalam membela kebenaran mirip dengan Khalifah Umar bin Khattab.
DAFTAR
ISI
Sampul .............................................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................
Daftar Isi .........................................................................................................
Bab
I Pembahasan
-
Latar Belakang ..............................................................................
-
Tujuan ............................................................................................
Bab
II Isi
-
Abu Bakar Ash
Shiddiq ................................................................
-
Umar Bin Khattab
.........................................................................
-
Utsman Bin Affan
.........................................................................
-
Ali Bin Abi
Thalib .........................................................................
Bab
III Penutup
-
Kesimpulan ....................................................................................
-
Saran ..............................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................................
0 komentar:
Posting Komentar