Alfa Computer : Jl Raya Watudandang Prambon Nganjuk (1/3an SMPN 1 Prambon)

Sabtu, 20 Juni 2009

Legenda Bangkalan

Pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan di ujung barat Pulau Madura bernama Sambilangan. Rakyatnya hidup makmur dari hasil pertanian dan peternakan yang berlimpah-limpah. Rakyatnya juga terkenal sebagai pelaut yang berani menempuh badai dan topan di laut lepas. Mereka pulang dengan membawa rezeki berupa hasil tangkapan ikan yang melimpah.
Sang Raja memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga pemerintahan beralan dengan lancar. Ia pun terkenal sebagai seorang yang sangat sakti.
Sri Baginda memiliki sebuah tombak pusaka yang sangat ampuh. Apabila kerajaan dalam mara bahaya, tutup tombaknya akan bergetar minta dilepaskan.
Pada suatu hari Sri Baginda keliling kerajaan untuk melihat daerah kekuasaannya.
Hampir semua penduduk desa itu tumpah ruah menghadiri pesta rakyat yang tidak setiap saat bias mereka nikmati. Mereka berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat pertunjukan. Suasana didesa itu berubah menjadi semarak. Pada sore harnya diadakan pertunjukan tari. diantara para penari itu terdapat seorang gadis muda belia yang berparas sangat elok.
Sebenarnya penari yang menguncangkan hati Sri Baginda adalah putri kakak perempuan Ki Lurah, seorang janda yang sudah tua lagi miskin.
Ki Lurah dan kakak perempuannya dengan bersuka cita menerima pinangan Sri Baginda. , Sri Baginda berkenan menunda perjalanannya didesa itu. Dengan terpilihnya seorang gadis dari desa itu sebagai istri raja Setelah satu minggu, karena raja masih akan melanjutkan perjalanan, istrinya ditinggalkan di desa Hari demi hari telah berlalu, sang istri terus menanti datangnya utusan dari Istana. Akhirnya diambilnya sepotong lidi yang telah dipatahkan, lalu diselipkannya pada bilik dinding rumahnya.
Ketika sisipan lidi telah sampai ke seratus, rombongan yang ditunggu ternyata belum juga muncul ia sudah mulai hamil. Apakah Sri Baginda sudah lupa pada janjinya? inilah yang menjadi beban pikirannya dan yang membuat ia susah untuk dapat tidur nyenyak.
Tiba tiba ibunya, sakit lalu meninggal kini Lengkaplah kesedihan yang telah menimpa dirinya Mukanya kini pucat. Matanya yang dulu bersinar bagai bintang kejora telah hilang. Alunan tembang yang dibawakannya kini terdengar sumbang
Sisipan lidinya kini telah sampai pada hitungan yang kedua ratus. Ia bertekad untuk pergi diam-diam keistana untuk menemui Sri Baginda.
Ketika ayam berkokok, ia berziarah ke kuburan kedua orang tuanya. Dengan tertatih-tatih sambil mengelus perutnya yang sedang hamil, ia meneruskan perjalanan. Penjagaan keamanan Istanapun diperketat Tidak sembarang orang diperkenankan masuk kedalam Istana.
Rupanya permaisuri Sri Baginda mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan pertama Pada suatu hari, Sri Baginda mengajak sang Permaisuri mencari angina di luar Istana dengan kereta kencana. Baru saja sampai di luar pintu gerbang, kereta kencana itu telah dicegat oleh seorang perempuan desa yang berpakaian kumal dan kotor
tanpa ada rasa takut sedikitpun atau malu, mengakui dirinya sebagai istri Sri Baginda. Untunglah Sri Baginda masih ingat, permaisurinya saat itu sedang hamil. Pantang baginya saat itu untuk marah. pengawalnya hanya diperintahkan untuk menghalau perempuan itu.
Perempuan malang itu dengan hati pedih pulang ke desanya. Kepada pamannya Ki Lurah, dituturkannya penderitaan dan penghinaan yang dilakukan Sri Baginda di hadapan permaisurinya
Ki Lurah menjadi sangat marah dan menaruh dendam kepada Sri Baginda. Penduduk desapun ikut mendengar berita itu. Apa daya, mereka hanya rakyat jelata. Kemarahan itu disimpan saja dalam hati mereka masing-masing
Pada suatu hari, perempuan malang itu melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan dan sehat. Dan Bayi itu diberi nama Ke Lesab
pada saat kelahiran bayi laki-laki itu, tutup tombak pusaka di istana bergetar dengan keras. Saat itu Sri Baginda sedang bercanda dengan permaisurinya sehingga beliau tak melihat dan mendengar peringatan tombak pusakanya
Lima bulan setelah kelahiran Ke Lesab, sang permaisuri melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik, maka kelahiran putri ini disambut dengan mengadakan Pesta meriah secara besar-besaran.
Di bawah asuhan kakeknya, Ke Lesab tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan, gagah, dan cerdas. Dalam usianya yang masih muda, berbagai olah keprajuritan telah dapat dikuasainya dengan baik
Di kalangan pemuda Ke Lesab sangat popular.Di kalangan remaja putri, ia menjadi impian dan tumpuan harapan.
Para orang tua didesa itu menghormatinya karena sebenarnya mereka tau bahwa kelesab masih keturunan Raja. Dari pihak ibunya ia mewarisi darah seni
Kakeknya menganjurkan supaya kelesab menghadiri pesta kerajaan nantinya tidak canggung bergaul dengan para bangsawan. Di samping itu, juga untuk mengetahui rencana-rencana rahasia dari istana.
Ia bertekad untuk menggulingkan Sri Baginda dari kekukasaannya
Suatu hari , kelesab berangkat dan melakukan tapa brata diatas gunung Geger
Pada hari yang ke seratus, jatuhlah keatas pangkuannya sebilah keris yang bersinar menyilaukan disertai gaung suara gaib.
Untuk melaksanakan cita-citanya, Ke Lesab harus memulai perjuangannya dari ujung sebelah timur pulau madura. dari arah Matahari terbit Sebenarnya sudah lama penduduk desa itu memendam rasa benci kepada Sri Baginda
Wibawa Sri baginda yang semula adil dan bijaksana belakangan ini telah menjadi raja yang lalim
Ke Lesab menjelaskan rencananya, mereka berbondong-bondong mengajukan diri dan bergabung. Mereka percaya perjuangan Ke Lesab adalah perjuangan keadialan melawan Ketidakadilan
Tujuan pertama rombongan adalah mencari pantai tempat matahari terbit Ada yang membawa keris, tombak dan parang dan bambu runcing.
Pada setiap desa yang mereka lalui, ada saja yang menggabungkan diri. Semakin lama pasukan Ke Lesab semakin Banyak.
Satu bulan berlalu kini sampailah mereka keperbatasan sebuah kerajaan. Dari perbatasan ini ada tiga desa dimana semua penduduk mengabdi pada Istana,
Setelah melihat diperbatasan ada rombongan dengan persenjataan lengkap. Langsung dalam sekejap membentuk barisan dan menyerang pasukan Ke Lesab.
Melihat musuh dating menyerang, mereka langsung menyambutnya. Terjadilah pertempuran hebat dimedan perang
Dengan berbekal semangat dan keyakinan pasukan Ke Lesab bertempur bagai banteng ketaton. Dalam waktu yang singkat, peperanganpun berakhir. merekapun lari tunggang langgang menyelamatkan diri dan melapor ke pos penjagaan di desa kedua.
Didesa kedua kemudian juga terjadi pertempuran hebat namun dalam waktu singkat dimenangkan oleh pasukan Ke Lesab
pasukan didesa ketiga tidak berani mengadakan perlawanan. Mereka langsung menyerah dan menggabungkan diri dengan pasukan Ke Lesab
Berita tentang peperangan dan kesaktian Ke Lesab, dengan cepat menyebar sampai ke Istana Sambilangan
Sri Baginda sebenarnya bukanlah seorang raja yang berjiwa pengecut. Beliau tak ingin mengorbankan prajurit dan rakyatnya lebih banyak lagi. Diambillah keputusan untuk menyerah kalah kepada Ke Lesab.
sejak saat itu tersebut oleh Ke Lesab diberi nama : Songenep dari asal kata “Songsong enep”.
Sebenarnya bukan tujuan Ke Lesab untuk mencari tanah jajahan. pasukannya berperang untuk membela diri. Dan Mendapat penjelasan.
Raja Songenep juga menawarkan kepada Ke Lesab bantuan secukupnya untuk keperluan perjuangannya. Berbatasan dengan kerajaan Songenep, berdiri pula sebuah kerajaan kecil. Yang telah ditinggalkan kosong.
Ke Lesab di tempat itu hanya dapat meninggalkan pesan (bahasa Maduranya mekas). Oleh karena itu, tempat tersebut diberi nama Pamekasan, yang artinya tempat meninggalkan pesan.
Ke arah barat dari Pamekasan, terdapat pula sebuah kerajaan kecil.dan mereka harus melintasi sebuah sungai. Saat itu sungai sedang banjir sehingga Ke Lesab dan pengikutnya terpaksa berbelok kea rah utara. Tempat tersebut kemudian diberi nama Sempang, tetapi lama-kelamaan berubah menjadi Sampang
Ke Lesab dan pasukannya kini telah sampai di daerah kekuasaan ayahandanya sendiri, yaitu kerajaan Sambilangan.
Mata-mata segera disebarkan, Dari keterangan-keterangan yang terkumpul, tahulah Sri Baginda bahwa Ke Lesab adalah cucu Ki Lurah. Ki Lurah akhirnya ditangkap lalu dibawa ke istana. Sri Baginda sangat kaget ketika mendengar penuturan ki Lurah bahwa Ke Lesab sebetulnya adalah putranya sendiri.
Setelah menyiksa Ki Lurah, Sri Baginda mengetahui rahasia kelemahan keris sakti Ke Lesab.
Ahli-ahli rias keraton dipanggil. Putri keratin dirias dengan dandanan seorang penari. prajurit pilihan ditugaskan menyamar sebagai penabuh gamelan dan penjual tuak. Yang telah dicampuri dengan buah yang memabukkan. yang akan disajikan untuk melumpuhkan sekaligus mengalahkan prajurit-prajrit Ke Lesab.
berangkatlah rombongan penari itu menuju desa yang terdekat dengan tempat perkemahan pasukan Ke Lesab, dan pada malam harinya mereka mengadakan pesta tari-tarian dengan meriah.
Keesokan malamnya, Ke Lesab mengundang rombongan penari itu bersama penjual tuaknya.
Diantara penari malam itu, ada seorang penari yang menark perhatian Ke Lesab. Ia memang yang tercantik. sepanjang malam, seakan tidak mau berganti pasangan Ke Lesab menari terus dengan penari itu
Ke Lesab tidak menyadari bahwa penari itu sebenarnya putri keratin dan adiknya sendiri.karena terpesona oleh kecantikan penari itu dan juga karena mabuk tuak, Ke Lesab lupa pula akan pantangan yang ia peroleh ketika ia melakukan tapa brata selama seratus hari diatas gunung geger. Dengan hati-hati dan gerak yang lemah gemulai, penari itu meraba-raba keris itu sambil terus menari.
keris pusaka itu dicabutnya lalu dijatuhkannya ke tanah. Gerakan penari itu yang sangat halus memberi kesan keris pusaka Ke Lesab terjatuh karena tersenggol tangannya tanpa sengaja. Ke Lesab sendiri pada saat itu telah mabuk tuak. Ia tak snggup lagi berfikir dengan cepat.
Bertepatan dengan jatuhnya keris pusaka Ke Lesab ke tanah, menyalalah ujung tombak pusaka di Istana Sambilangan. Melihat keris pusaka itu jatuh ke tanah tak bergerak, prajurit Sambilangan mengerti bahwa saat bertindak telah tiba.
Mereka dengan mudah menyerang prajurit-prajurit Ke Lesab yang sedang dalam keadaan mabuk. Ke Lesab sendiri sudah tak berdaya.
Melihat kesempatan itu, seorang panglima musuh bertugas mengawasinya segera mengambil keris pusaka yang terjatuh.
Dalam keadaan seperti itulah, tiba-tiba Ke Lesab merasa dadanya sangat sakit. Tanpa perlawanan sedikitpun gugurlah Ke Lesab dalam rangkulan adiknya sendiri. Ia tewas oleh keris pusakanya sendiri lewat tangan kekar seorang panglima.
Pada saat Ke Lesab menghembuskan napasnya yang tearkhir, keris pusaka itu kembali memiliki kekuatannya. keris itu menyerang panglima dan prajurit-prajuritnya. semua musuh tewas, kecuali rombongan para penari. Kemudian keris itu terbang menuju istana Sambilangan.
Tutup tombak pusaka di dalam istana kembali bergetar dengan hebat. Belum sempat beliau berpikir lebih jauh, keris pusaka itu telah ada di hadapannya. Tiba-tiba, dadanya dirasakan sangat perih dan sakit. dan beberapa saat kemudian beliau gugur.
Setelah Sri Baginda gugur, keris itu kembali mengejar penasehat-penasehatnya yang telah ikut terlibat dalam perencanaan pembunuhan Ke Lesab.
Peristiwa gugurnya Ke Lesab, sangat memukul semangat juang prajuritnya yang masih hidup. Hal yang sama juga dialami oleh prajurit-prajurit Kerajaan Sambilangan
Baik pasukan Ke Lesab mau pun prajrit kerajaan Sambilangan, sama-sama dengan persaan sedih menucapkan “bangka laan” yang artinya sudah mati. Sejak peristiwa itu, nama Sambilangan kemudian diubah menjadi Bangkalan. sejak kejadian itu, keris pusaka Ke Lesab menghilang entah kemana

0 komentar:

Silahkan Beri Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com